Minggu, 11 Juni 2017

TRADISI BUANG ABU

KATA PENGANTAR
Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya saya dapat  menyelesaikan  tugas  makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Tanjungpura Pontianak. Saya sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna untuk  itu  kepada  dosen  pengampuh mata kuliah pengembangan pembelajaran IPS di SD saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah saya dimasa  yang   akan    datang dan mengharapkan  kritik  dan saran dari para pembaca.



































ISI DAFTAR
KATA PENGANTAR ...........................................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A.    Latar Belakang....................................................................................................1
B.    Rumusan Masalah...............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A.    Sejarah Dan Definisi Buang Abu....................................................................... 2
B.     Tahapan tahapan buang abu................................................................................3

BAB III PENUTUP.................................................................................................5
A.    Kesimpulan.........................................................................................................5
B.   Saran....………………………………………………………………………...5

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................6


DAFTAR INFORMAN..........................................................................................6

BAB I
PENDAHAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bangsa indonesia merupakan bangsa yang beruntung karena memiliki banyak suku dan budaya. Suku Sambas (Melayu Sambas) adalah suku bangsa atau etnoreligius Muslim yang berbudaya melayu, berbahasa Melayu dan menempati sebagian besar wilayahKabupaten SambasKabupaten BengkayangKota Singkawang dan sebagian kecil Kabupaten PontianakKalimantan Barat. Suku Melayu Sambas terkadang juga disebut Suku Sambas, tetapi penamaan tersebut jarang digunakan oleh masyarakat setempat. Di Kalimantan Barat khususnya di kabupaten sambas, kecamatan paloh banyak sekali budaya-budaya yang sangat asik untuk diketahui, salah satunya yaitu adalah BUANG ABU yang dari jaman dahulu telah dikasanakan oleh nenek moyang orang paloh. Acara ini diadakan biasanya setelah tiga hari orang yang sunatan.

B.     Rumusan Masalah
1)      Penjelasan tentang sejarah dan definisi buang abu
2)      Tahapan-tahapan buang abu
























BAB II
PEMBAHASAN
BUANG ABU


A.    Sejarah Dan Definisi Buang Abu
Di dalam sejarah Islam, khitan sudah dikenal sejak zaman Nabi Ibrahim AS.  Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra Nabi SAW bersabda, “Ibrahim Khalil Ar-Rahman berkhitan setelah berumur 80 tahun dengan menggunakan kapak.”  Namun, ada sejumlah riwayat dan literatur yang menerangkan bahwa khitan ini telah ada sejak zaman Nabi Adam AS.

            Mengutip keterangan dari Injil Barnabas, Nabi Adam AS adalah manusia pertama yang berkhitan. Ia melakukannya setelah bertobat kepada Allah dari dosa-dosa yang dilakukannya karena melanggar larangan Allah untuk tidak memakan buah khuldi. Dan seteah itu Rasulullah Saw dan baru dilaksanakan pada umatnya.
Sebelum besunat biasanya disuruh berendam dalam air, baik di dalam kolam maupun didalam sungai sampai beberapa jam sambil membawa dua biji buah kelapa sebagai pelampung (agar yang tak bisa berenang tidak tenggelam) Setelah itu baru disunat satu persatu, setelah disunat lalu masing-masing mengambil tempat untuk istirahat sambil mengenakan alat (sengkang) yang dipakai pada kedua lutut agar tidak terkena kain.
Dari Abu Hurairah -Semoga Allah meridhainya.
Rasulullah bersabda:
Artinya: Fithrah manusia itu ada lima, yaitu khitan / Besunat , mencukur bulu kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku, dan mencukur kumis (HR. Bukhari, 5889).

Tetapi sekarang saya tidak membahas tentang khitan atau sunatan, tetapi saya akan membahas tentang perayaan setelah tiga hari berkhitan, sebagai berikut.
Pada jaman dahulu sebelum dokter sunat/dokter khitan ada. Di masyarakat sambas terutama di daerah Kabupaten Sambas memiliki sebuah budaya tradisional yang bernama BUANG ABU, yang sekarang telah diubah. Pada jaman dahulu masyarakat paloh itu ketika setelah tiga hari sunatan / khitanan pasti mengadakan sebuah acara yang sangat unik dan aneh, kerena apa,  ketika selesai melakukan penyunatan itu, orang yang disunat  harus mendekatkan kemaluannyanya itu kepada tempat yang berisikan ABU dapur untuk menampung darah bekas sunat/khitan tersebut, karena dahulu orang sunatan tidak memiliki alat seperti yang ada pada jaman sekarang ini, dan apabila kemaluan orang yang disunat itu bardara maka darah itu harus di masukan  ke dalam tempat yang berisi ABU tersebut, karena ABU dapat menghilangkan  aroma bau darah. Karena pada zaman dahulu orang-orang sangat mempercayai hal-hal yang mistik, seperti apa bila darah diletakkan  ke tempat yang sembarangan  maka aroma sedap dari bau darah tersebut akan menyebar kemana mana dan hantu – hantu yang suka makan darah,  akan  mendatanginya  dan  memakan darah tersebut. Jadi pada saat darah itu berhenti maka ABU  tersebut akan di buang. Jadi itulah yang dinamakan BUANG ABU.
Tapi sekarang ini yang dinamakan BUANG ABU itu telah di modifikasi oleh keterunan keturunan nenekmoyang kita dahulu. Sekarang BUANG ABU tidak lagi ada hubungannya dengan  namanya sendiri.

B.     Tahapan tahapan buang abu
1.      NYARROK
Nyarrok adalah sebuah nama yang apabila seseorang mengadakan acara atau seseorang yang mengadakan acara tersebut mengajak tetangganya ataupun sanak keluarganya

2.      BEPAPAS
Yaitu  sesuatu yang berisikan beras yang telah dihaluskan, kunyit, dan juga diberi air yang telah dibacakan doa penolak bala dan juga alat yang untuk memercikkan air itu dengan dedaunan seperti daun ribu, daun juang, dan sebagainya dan di percikkan ke tubuh orang yang disunat tersebut dan apabila ada orang yang ingin juga ikut maka akan di persilahkan.

3.      Saprahan Dengan Ketupat
Besaprah ini menggunakan lima jari artinya ketika memasukan makanan kedalam mulut tidak menggunakan sendok dan garpu, di acara Makan Besaprah ini lah kebersamaan benar - benar di terapkan. Sementara untuk membentuk kelompok atau " paduan " ini biasanya kita bisa mengajak teman dekat atau ada juga bersama orang - orang yang kita tidak akrab sebelum nya. Untuk hidangan Makan Besaprah ini sudah tersaji lengkap bersama air minum nya, piring serta air untuk basuh tangan serta lap tangan. Untuk Makan Besaprah ini setelah menikmati hidangan biasanya bisa lansung meninggalkan tempat karena untuk hidangan yang sudah di santap sudah ada yang menangani nya untuk membersihkan nya. Karena " Tamu adalah Raja " maka tamu yang hadir benar - benar di layani seperti raja. Biasanya di dalam satu saprahan itu ada 5 dan ada juga 6, tergantung pengurus saprahan yang telah ditentukan pada saat musyawarah. Tetapi pada saat buang abu, saprahannya agak sedikit berbeda dari yang lainnya. Di dalam saprahan tersebut bukannya nasi lengkap dengan lauk-pauknya, tetapi hanya ketupat dan biasanya diberi lauk ayam yang berisikan kuahnya dan juga biasa ditambah dengan parutan kelapa yang di etupat bersama sama. Dan ketupat adalah sebuah makanan yang terbuat dari daun kelapa dan berisikan beras.

4.      Membaca doa selamat dan juga doa penolak bala
Berdoa bersama-sama yang dipimpin oleh seorang pemuka agama di kampung(pak labbai) setelah makan-makan bersama-sama tersebut
5.      Membuang Kulit ketupat di jalan
Setelah memakan kutupat dan juga selesai membacakan doa tersebut itu maka kulit tersebut harus di buang ke jalan. Karena menurut imforman yang saya tanya untuk membuang bala orang yang tadi bersunat itu dan juga kulit itu harus di buang oleh tuan rumahnya atau orang tua yang disunat itu.

Di dalam acara buang abu banyak yang membuktikan bahwa buang abu itu ada kaitannya dengan keislamannya, membacakan doa-doa penolak bala, seperti mempererat silaturahmi dan juga bermusyawarah. Karena sebelum mengadakan acara tersebut masyarakat pasti akan mengadakan musyawarah terlebih dahulu untuk menentukan siapa-siapa yang akan di beri tugas dalam acara tersebut, seperti yang memasak nasi, membuat mumbu, membuat lauk-pauknya dan juga mengatur/menyusun saprahan/makanan yang akan disajikan. Allah SWT berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الأمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Artinya:
 “Maka disebabkan rahmat Allahlah, engkau bersikap lemah lembut terhadap mereka. Seandainya engkau bersikap kasar dan berhati keras. Niscaya mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu. Kerena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan tertentu. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”. (QS. Ali ‘Imran: 159)
Dan juga Hadis Rasulullah SAW bersabda :
Saya tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak musyawarah dengan sahabatnya dibanding Rasulullah SAW. (HR. Tirmidzi)
Dan juga yang membuktikan bahwa silaturahmi terdapat pada buang abu adalah pada saat masyarakat dikumpulkan di dalam satu rumah dan makan-makan bersama. Didalam
Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya: Dari Abu Hurairoh r.a: Rasullullah Saw bersabda barang siapa yang ingin diluaskan rizkinya, dan di panjangkan umurnya, hendaklah dia menyambungkan silaturahmi (H.R. Bukhori)









BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Buang abu adalah budaya adat sambas yang sampai sekarang masih aktif dilakukan. Dan budaya ini tujuan sebenarnya adalah untuk mempererat ikatan silaturahmi dan juga melestarikan cara musyaarah, dan ada juga untuk menghibur anaknya yang telah senatan dan juga untu syukuran. Semoga dengan adanya makalah yang saya susun ini akan menambah ilmu pembaca dan juga dapat melestarikan nenek moyang kita jaman dahulu

B.     Saran
Dengan adanya penyusunan makalah ini saya harap dapat menambah ilmudan juga dapat berbagi pengetahuan kepada orang-orang terdekat kita sekarang ini. Dan saya sangat mengharapkan kertitik dan saran yang dapat membangun dan menyempurnakan makalah saya ini.




























DAFTAR PUSTKA

·         Al-Qur’an Dan Terjemahannya

DAFTAR INFORMAN
·         Saya sendiri (Nanda Yantronika) berdasarkan pengalaman (19 Tahun)
·         Labbai Kasim Bin Ramli (83 Tahun)
·         Aslian Bin Rustam (52 Tahun)
·         Neti Herawati (50 Tahun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CONTOH RPP 2006 KTSP BAHASA INDONESIA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan                : SD Kelas/Semester                        : V/ 1 Mata Pela...