BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kesulitan
belajar merupakan suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak tidak
dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya adalah
suatu gejala yang nampak dalam berbagai manivestasi tingkahlaku, baik secara
langsung maupun tidak langsung.Kesulitan belajar anak tentu saja tidak boleh di
diamkan begitu saja karena hal ini akan sangat menghambat anak dalam
memperoleh prestasi selain itu apabila hal ini di diamkan ini akan
lebih menghambat anak untuk belajar ke depannya.
Kesulitan dalam belajar dapat di sebabkan
karena beberapa faktor.Bisa dari faktor internal ( diri anak ) dan juga faktor
eksternal ( dari luar anak ) .Faktor internal ini bisa di sebabkan karena anak
mempunyai perbedaan dengan anak yang lainnya dan sering juga di sebut anak
dengan kebutuhan khusus . Dalam hal ini kebutuhan khusus bukan berarti anak
mempunyai kekurangan . Anak Cerdas Istimewa / Berbakat Istimewa juga termasuk
anak yang berkebutuhan khusus atau sering di sebut dengan anak Gifted atau anak
Superior.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian dari anak
cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted) ?
2. Apa ciri-ciri anak yang
memiliki cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted) ?
3. Apa penyebab anak
memiliki cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted) ?
4. Apa jenis anak berkebutuhan khusus cerdas istimewa
/ berbakat istimewa (gifted) ?
5. Bagaimana
cara mengajar anak yang memiliki cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted) ?
6. Bagaimana
memberi bimbingan kepada orang tua yang memiliki anak cerdas istimewa /
berbakat istimewa (gifted) ?
C.
Manfaat
dan Tujuan
Dengan membuat makalah ini diharapkan
pembaca :
1. Mengetahui
pengertian dari anak cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted).
2. Mengetahui
ciri-ciri anak yang memiliki cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted).
3. Mengetahui
penyebab anak memiliki cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted).
4.
Mengetahui
jenis anak berkebutuhan khusus cerdas istimewa / berbakat istimewa (gifted).
5. Mengetahui
bagaiman cara mengajar anak yang memiliki cerdas istimewa / berbakat istimewa
(gifted).
6. Mengetahui
bagaimana memberi bimbingan kepada orang tua yang memiliki anak cerdas istimewa
/ berbakat istimewa (gifted).
BAB
II
A. PENGERTIAN
Anak
yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted) adalah anak
yang secara significant memiliki mempunyai IQ 140 atau lebih, potensi diatas
rata-rata dalam bidang kemampuan umum, akademik khusus, kreativitas,
kepemimpinan, seni dan/atau olahraga. Anak berkebutuhan khusus atau gifted
(Heward) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak
pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau
fisik.
Menurut
definisi yang dikemukakan Renzuli, anak berbakat (gifted) memiliki pengertian,
"Anak berbakat merupakan satu interaksi diantara tiga sifat dasar manusia
yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas
kemampuan rata- rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas
yang tinggi. Anak berbakat (gifted) ialah anak yang memiliki kecakapan dalam
mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap
tindakan yang bernilai. Anak-anak yang mampu mewujudkan ketiga sifat itu di
masyarakat memperoleh kesempatan pendidikan yang luas dan pelayanan yang
berbeda dengan program-program pengajaran yang reguler (Swssing, 1985).
Pengertian
lain menyebutkan bahwa anak gifted adalah anak yang mempunyai potensi unggul di
atas potensi yang dimiliki oleh anak-anak normal. Para ahli dalam bidang
anak-anak gifted memiliki pandangan sama ialah keunggulan lebih bersifat bawaan
dari pada manipulasi lingkungan sesudah anak dilahirkan.
Keunggulan
lain yang telah disepakati oleh para ahli ialah anak-anak gifted mempunyai
superioritas dalam bidang akademik. Kiranya hal itu tidak sulit untuk dimengerti,
sebab salah satu syarat penting untuk meraih prestasi akademik tertentu ialah
persyaratan intelegensi.
Kepribadian
memang merupakan salah satu sumbangan yang dapat diberikan oleh anak atau
orang-orang gifted. Dengan dasar kepribadian yang baik maka akan dilahirkan
pula karya-karya yang baik pula, sehingga maslahat (manfaat) yang diberikan
menjadi lebih besar dibandingkan mudharatnya. Seperti kita ketahui bahwa sebuah
karya yang besar tentu saja akan memberikan pengaruh yang besar pula kepada
hidup dan kehidupan manusia.
Penggunaan
istilah potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berkait erat dengan latar
belakang teoritis yang digunakan. Potensi kecerdasan berhubungan dengan
kemampuan intelektual, sedangkan bakat tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual.
Proses mengidentifikasi anak cerdas istimewa dilakukan dengan menggunakan
pendekatan multi dimensional. Artinya kriteria yang digunakan lebih dari satu
(bukan sekedar intelegensi). Batasan yang digunakan adalah anak yang memiliki
dimensi kemampuan umum pada taraf cerdas ditetapkan skor IQ 130 ke atas dengan
pengukuran menggunakan skala wechsler.
B. CIRI-CIRI
/ KARAKTER
Karakteristik
Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa
Karakteristik
anak berbakat ditinjau dari segi akademik, sosial/emosi, dan fisik/kesehatan.
1. Karakteristik
Akademik
Adapun
karakteristik yang dimiliki oleh seorang anak berbakat, diantaranya:
a. Memiliki
ketekunan dan rasa ingin tahu yang benar,
b. Keranjinan
membaca,
c. Menikmati
sekolah dan belajar.
d. Memiliki
perhatian yang lama terhadap suatu bidang akademik khusus,
e. Memiliki
pemahaman yang sangat maju tentang konsep, metode, dan terminologi dari bidang
akademik khusus,
f. Mampu
mengaplikasikan berbagai konsep dari bidang akademik khusus yang
dipelajari pada aktivitas-aktivitas bidang lain,
g. Kesediaan
mencurahkan sejumlah besar perhatian dan usaha untuk mencapai standar yang
lebih tinggi dalam suatu bidang akademik,
h. Memiliki
sifat kompetitif yang tinggi dalam suatu bidang akademik
dan motivasi yang tinggi untuk berbuat yang terbaik, dan
i. Belajar
dengan cepat dalam suatu bidang akademik khusus.
j. Mudah
menyerap pelajaran.
Salah
satu contoh yang digambarkan oleh Kirk (1986) bahwa seorang anak
berbakat berusia 10 tahun, ia memiliki kemampuan akademik dalam hal membaca
sama dengan anak normal usia 14 tahun, dan berhitung sama dengan usia 11 tahun,
anak ini memiliki keberbakatan dalam membaca.
2. Karakteristik
Sosial
Ada
beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial, yaitu:
a. Diterima
oleh mayoritas dari teman-teman sebaya dan orang dewasa,
b. Keterlibatan
mereka dalam berbagai kegiatan sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan
konstruktif,
c. Kecenderungan
dipandang sebagai juru pemisah dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh
teman sebayanya,
d. Memiliki
kepercayaan tentang kesamaan derajat semua orang dan jujur,
e. Perilakunya
tidak defensif dan memiliki tenggang rasa,
f. Bebas
dari tekanan emosi dan mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan
dengan situasi,
g. Mampu
mempertahankan hubungan abadi dengan teman sebaya dan orang dewasa,
h. Mampu
merangsang perilaku produktif bagi orang lain, dan
i. Memiliki
kapasitas yang luar biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, dan
humor.
Dicontohkan
pula oleh Kirk bahwa anak yang berbakat dalam hal social dan emosi, bahwa
seorang anak berusia 10 tahun memperlihatkan kemampuan penyesuaian sosial dan
emosi (sikap periang, bersemangat, kooperatif, bertanggung jawab, mengerjakan
tugasnya dengan baik, membantu temannya yang kurang mampu dan akrab dalam
bermain). Sikap-sikap yang diperlihatkannya itu sama dengan sikap anak normal
usia 16 tahun.
3. Karakteristik
Fisik/Kesehatan
Dalam
segi fisik, anak berbakat memperlihatkan :
a. memiliki
penampilan yang menarik dan rapi,
b. kesehatannya
berada lebih baik atau di atas rata-rata, (studi longitudinal Terman
dalam Samuel A. Kirk, 1986).Dicontohkan pula oleh Kirk bahwa seorang anak
berbakat usia 10 tahun memiliki tinggi dan berat badan sama dengan usianya.
Yang menunjukkan perbedaan adalah koordinasi geraknya sama dengan
anak normal usia 12 tahun. Mereka juga memperlihatkan sifat rapi.
Karakteristik
anak berbakat secara umum, seperti yang dikemukakan oleh Renzulli, 1981 (dalam
Sisk, 1987) menyatakan bahwa keberbakatan (giftedness) menunjukkan
keterkaitan antara 3 kelompok ciri-ciri, yaitu (a) kemampuan kecerdasan jauh di
atas rata-rata, (b) kreativitas tinggi dan (c) tanggung jawab atau pengikatan
diri terhadap tugas (task commitment). Masing-masing ciri mempunyai peran yang
menentukan.
Seseorang
dikatakan berbakat intelektual jika mempunyai inteligensia tinggi. Sedangkan
kreativitas adalah sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru,
memberikan gagasan baru, kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan yang baru
antara unsur-unsur yang sudah ada. Demikian pula berlaku bagi pengikatan diri
terhadap tugas. Hal inilah yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet
meskipun mengalami berbagai rintangan dan
hambatan karena ia telah mengikatkan diri pada tugas atas kehendaknya
sendiri.
1. Karakteristik
Intelektual-Kognitif
a. Menunjukkan
atau memiliki ide-ide yang orisinal, gagasan-gagasan yang tidak lazim,
pikiran-pikiran kreatif.
b. Mampu
menghubungkan ide-ide yang nampak tidak berkaitan menjadi suatu konsep yang
utuh.
c. Menunjukkan
kemampuan bernalar yang sangat tinggi.
d. Mampu
menggeneralisir suatu masalah yang rumit menjadi suatu hal yang sederhana dan
mudah dipahami.
e. Memiliki
kecepatan yang sangat tinggi dalam memecahkan masalah.
f. Menunjukkan
daya imajinasi yang luar biasa.
g. Memiliki
perbendaharaan kosakata yang sangat kaya dan mampu mengartikulasikannya dengan
baik.
h. Biasanya
fasih dalam berkomunikasi lisan, senang bermain atau merangkai kata-kata.
i. Sangat
cepat dalam memahami pembicaraan atau pelajaran yang diberikan.
j. Memiliki
daya ingat jangka panjang (long term memory) yang kuat.
k. Mampu
menangkap ide-ide abstrak dalam konsep matematika dan/atau sains.
l. Memiliki
kemampuan membaca yang sangat cepat.
m. Banyak
gagasan dan mampu menginspirasi orang lain.
n. Memikirkan
sesuatu secara kompleks, abstrak, dan dalam.
o. Mampu
memikirkan tentang beragam gagasan atau persoalan dalam waktu yang bersamaan
dan cepat mengaitkan satu dengan yang lainnya.
2. Karakteristik
Persepsi/Emosi
a. Sangat
peka perasaannya.
b. Menunjukkan
gaya bercanda atau humor yang tidak lazim (sinis, tepat sasaran dalam
menertawakan sesuatu hal tapi tanpa terasa dapat menyakiti perasaan orang
lain).
c. Sangat
perseptif dengan beragam bentuk emosi orang lain (peka dengan sesuatu yang
tidak dirasakan oleh orang-orang lain).
d. Memiliki
perasaan yang dalam atas sesuatu.
e. Peka
dengan adanya perubahan kecil dalam lingkungan sekitar (suara, aroma, cahaya).
f. Pada
umumnya introvert.
g. Memandang
suatu persoalan dari berbagai macam sudut pandang.
h. Sangat
terbuka dengan pengalaman atau hal-hal baru
i. Alaminya
memiliki ketulusan hati yang lebih dalam dibanding anak lain.
3. Karakteristik
Motivasi dan Nilai-Nilai Hidup
a. Menuntut
kesempurnaan dalam melakukan sesuatu (perfectionistic).
b. Memiliki
dan menetapkan standar yang sangat tinggi bagi diri sendiri dan orang lain.
c. Memiliki
rasa ingin tahu dan kepenasaran yang sangat tinggi.
d. Sangat
mandiri, sering merasa tidak perlu bantuan orang lain, tidak terpengaruh oleh
hadiah atau pujian dari luar untuk melakukan sesuatu (self driven).
e. Selalu
berusaha mencari kebenaran, mempertanyakan dogma, mencari makna hidup.
f. Melakukan
sesuatu atas dasar nilai-nilai filsafat yang seringkali sulit dipahami orang
lain.
g. Senang
menghadapi tantangan, pengambil risiko, menunjukkan perilaku yang dianggap
“nyerempet-nyerempet bahaya” .
h. Sangat
peduli dengan moralitas dan nilai-nilai keadilan, kejujuran, integritas.
i. Memiliki
minat yang beragam dan terentang luas.
4. Karakteristik
Aktifitas
a. Punya
energi yang seolah tak pernah habis, selalu aktif beraktifitas dari satu hal ke
hal lain tanpa terlihat lelah.
b. Sulit
memulai tidur tapi cepat terbangun, waktu tidur yang lebih sedikit dibanding
anak normal.
c. Sangat
waspada.
d. Rentang
perhatian yang panjang, mampu berkonsentrasi pada satu persoalan dalam waktu
yang sangat lama.
e. Tekun,
gigih, pantang menyerah.
f. Cepat
bosan dengan situasi rutin, pikiran yang tidak pernah diam, selalu memunculkan
hal-hal baru untuk dilakukan.
g. Spontanitas
yang tinggi.
C. PENYEBAB
atau FAKTOR
Faktor
yang menyebabkan Anak dengan Cerdas Istimewa/Berbakat Istimewa
(gifted)
1. Hereditas
Hereditas
adalah faktor yang diwariskan dari orang tua, meliputi kecerdasan, kreatif
produktif, kemampuan memimpin, kemampuan seni dan psikomotor. Dalam diri
seseorang telah ditentukan adanya faktor bawaan yang ada setiap orang, dan
bakat bawaan tersebut juga berbeda setiap orangnya. Namun U. Branfenbrenner dan
Scarr Salaptek menyatakan secara tegas bahwa sekarang tidak ada kesangsian
mengenai faktor genetika mempunyai andil yang besar terhadap kemampuan mental
seseorang.
2. Lingkungan
Lingkungan,
hal-hal yang mempengaruhi perkembangan anak berbakat ditinjau dari segi
lingkungannya (keluarga, sekolah dan masyarakat). Lingkungan mempunyai peran
yang sangat besar dalam mempengaruhi keberbakatan seorang anak. Walaupun
seorang anak mempunyai bakat yang tinggi terhadap suatu bidang, tanpa adanya
dukungan dan perhatian dari lingkungannya seperti, masyarakat tempat dia
bersosialisasi, keluarga tempat ia menjalani kehidupan berkeluarga, tempat dia
menjalani kehidupan dan mengembangkan keberbakatan itu dapat membantunya dalam
mencapai ataupun memaksimalkan bakatnya tersebut.
D. JENIS
Anak
berbakat atau anak cerdas istimewa / bakat istimewa atau CIBI atau anak gifted
termasuk dalam kategori jenis anak berkebutuhan permanen dalam kesulitan
belajar. Anak berbakat atau anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar
biasa adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreatifitas,
dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) diatas anak-anak seusianya
(anak normal), sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi prestasi nyata,
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Adapun
tipe ini disampaikan pada Seminar Nasional Potensi Luar Biasa Sejuta Anak
Cerdas Istimewa, pada tanggal 23 Februari 2010 di Jakarta.
1. Tipe I (The Succesful)
Dalam
dunia pendidikan, menurut Betts dan Neihart, anak-anak gifted yang
terindentifikasi sebanyak 90 persen adalah dari kelompok tipe ini. Mereka
adalah anak-anak yang mampu meraih yang sangat baik, dan dapat mengikuti sistem
pendidikan konvensional dengan baik. Mereka mendengarkan dan mempelajari dengan
baik apa yang diajarkan baik di sekolah maupun di rumah. Dalam berbagai tes
atau ujian mereka juga meraih skor yang tinggi, disamping itu mereka dapat
terpilih dan mendapatkan tempat dalam program pendidikan anak gifted.
Terhadapnya,
lingkungan baik pihak sekolah maupun orang tua sangat percaya bahwa dirinya
dapat meraih prestasi sebaik-baiknya. Ia sangat disenangi oleh sekolah, orang
tua dan diterima dengan baik oleh teman-teman sebanyanya. Ia juga tidak
mengalami masalah dalam pergaulan. Perkembangan sosial emosionalnya sangat
baik. Terhadap anak-anak ini pula, orang disekitarnya tidak melihat apa
kekurangannya. Namun sebetulnya ia kurang bisa belajar secara mandiri. Ia
mendapatkan prestasi karena dukungan dan bimbingan. Bukan karena mengembangkan
minatnya secara mandiri. Kelihatannya ia memiliki konsep diri yang positif,
sebagai bentukan karena ia mempunyai prestasi yang baik dan lingkungan yang
dapat menerima dirinya dengan baik. Mereka memang menyabet nilai kompetensi
yang tinggi saat sekolah. Namun sebetulnya mereka tidak bisa mengembangkan
talentanya secara mandiri.
2. Tipe II (The Challenging)
Tipe
ini sering tidak teridentifikasi oleh sekolah atau orang tua karena mereka
tidak menunjukkan prestasi yang baik. Mereka biasa melakukan segala sesuatu
secara spontan dan seringkali spontanitas itu dianggap kegiatan yang
mengacaukan, tidak teratur dan tidak patuh. Anak kelompok ini biasanya memiliki
tingkat kreatifitas yang sangat tinggi, namun tidak belajar untuk memanfaatkan
kebolehannya. Anak ini lebih banyak frustasi karena sistem pendidikan tidak
memberikan keleluasan dan perhatian kepada mereka baik kreatifitasnya maupun
talentanya.
Kelompok
gifted ini adalah kelompok anak yang beresiko tinggi, karena luput dari
perhatian dan tidak ditangani dengan baik dan berakibat pada putus sekolah,
perilaku bermasalah dan masuk ke dalam sirkuit kenakalan remaja dan
penyalahgunaan obat terlarang.
3. Tipe
III (The Underground)
Kelompok
ini adalah kelompok yang menyembunyikan talenta dan kemampuannya. Umumnya
terjadi pada kelompok gifted perempuan diusia sekolah lanjutan pertama. Mereka
cenderung menyembunyikan kemampuannya untuk bisa diterima oleh teman sebayanya.
Pada lelaki biasanya terjadi ketika masa usia SMA karena mereka meresppon
perkembangan sosial yang terjadi disekelilingnya. Ciri mereka biasanya diawal
tahun pelajaran cenderung mampu memaksimalkan kemampuannnya, namun ketika
menjelang akhir mereka mengalami penurunan yang drastis dan bahkan menolak
kelebihan yang ada pada dirinya.
Anak
seperti ini adalah kelompok anak yang merasa tidak nyaman, tidak aman dan
merasa cemas. Bahkan tekanan tidak hanya muncul dari dirinya sendiri, namun
juga dari lingkungan. Teman sebayanya menekan kemampuan mereka untuk bisa
menerima kelebihan mereka. Tidak hanya itu bahkan orang tua dan guru sekalipun
memberikan tekanan yang tidak kalah beratnya kepada mereka.
4. Tipe
IV (The Dropouts)
Kelompok
ini memiliki potensi yang tinggi namun tidak mendapatkan dukungan yang baik
dari sekolah dan orang tua. Mereka cenderung tidak bisa memunculkan prestasinya
dengan harapan dan kemampuannya sendiri. Sistem pendidikan di sekolah
menyebabkan ke-frustasi-an dan pada akhirnya membawanya pada penarikan diri dan
kondisi depresi.
Tipe
ini merupakan dampak dari tidak adanya penanganan yang baik untuk anak kelompok
II atau The Chalanging yang berlanjut kepada frustasi dan depresi. Frustasi dan
depresi ini bisa muncul di sekolah tingkat lanjut namun pada dasarnya telah
dimulai sejak pendidikan dasar. Droupout bukan saja dalam bentuk prestasi
sekolah yang menurun namun juga secara mental dan emosional.
Kelompok
ini memang merupakan kelompok anak gifted yang terlambat diidentifikasi. Di
sekolah dasar ia tidak terdekteksi sebagai anak gifted. Akhirnya anak seperti
ini tidak memiliki mitivasi internal yang sangat lemah. Kelompok ini
membutuhkan kerjasama dengan yang baik dengan orang yang dewasa yang memang
dipercayai. Orang tua juga memerlukan bimbingan khusus agar dapat menghadapinya
dengan baik. Kepada anak ini perlu dilakukan tes untuk melihat dibagian apa
kekuatannya.
5. Tipe
V (The Double Labeled)
Merupakan
kelompok gifted yang memiliki gangguan secara fisik, emosional tatupun gangguan
belajar (learning disabilities). Anak kelompok ini memerlukan program khusus
untuk modifikasi program yang sesuai dengan kondisinya. Seringkali ia tidak
menunjukkan prestasi sebagaimana anak gifted pada umumnya karena mereka lebih
sering dilihat dari sisi lemahnya, bukan kekuatannya. Misalnya tulisan
yang jelek disebabkan karena motorik halusnya terganggu atau perilakunya yang
kacau sehingga tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Anak-anak
ini juga seringkali kesulitan menyelesaikan tugas-tugasnya karena
ketidakbiasaannya sebagai akibat gangguan yang memang kasat mata.
Bila sekolah dan orang tua tidak mampu menemukan sumber kekurangannya lalu berlanjut secara terus menerus maka akan memunculkan kefrustasian, merasa tidak dihargai, tak dibantu dan merasa terasing. Bahkan si anak sendiri mungkin tidak mengakui dan menyadari sumber masalahnya sendiri secara spesifik.
Bila sekolah dan orang tua tidak mampu menemukan sumber kekurangannya lalu berlanjut secara terus menerus maka akan memunculkan kefrustasian, merasa tidak dihargai, tak dibantu dan merasa terasing. Bahkan si anak sendiri mungkin tidak mengakui dan menyadari sumber masalahnya sendiri secara spesifik.
Sekolah
dan orang tua sering tidak mengakui bahwa sesungguhnya anak itu luar biasa
karena memang secara fisik dan tampilam, mereka tidak mampu memperlihatkannya
secara baik. Karena tidak teridentifikasi, pihak sekolah hanya melihat dan
menangani kekurangannya saja namun faktpr kelebihannya tidak terkelola dengan
baik.
6. Tipe
VI (The Outonomous Learner)
Anak
gifted yang sangat mandiri dan mempunyai jiwa kepemimpinan yang sangat kuat. Ia
dapat mengembangkan diri secara kreatif dan mampu memanfaatkan segala sesuatu
yang ditawarkan dalam pendidikan. Apa yang didapatkan dari sekolah dapat ia
kembangkan sendiri sebagai sesutau yang baru. Ia tidak tergantung kepada orang
lain dan sangat independen. Ia dapat menentukan sendiri apa yang ingin
dicapainya, mempunyai sikap diri yang positif. Ia juga mampu mengekspresikan
perasaan, tujuan dan cita-citanya dengan baik dan bebas. Ia sangat disayangi
oleh lingkungan dan mendapatkan dukungan positif. Biasanya ia terpilih menjadi
pemimpin dalam kelompoknya, baik di sekolah maupun d masyarakat.
E. KEGIATAN
BELAJAR MENGAJAR
Dua Faktor
Kesuksesan mendidik anak genius
setidak-tidaknya ditentu- kan dua faktor yang tidak dapat saling dipisahkan:
guru pendamping dan manajemen kelas. Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan
program pendidikan anak genius di Kota Yogyakarta, sepertinya dinas pendidikan
sudah menyiapkan guru pendamping khusus. Kalau benar, ini merupakan langkah
strategis untuk merealisasi program: pasalnya, mencari guru pendamping khusus
anak genius bukan merupakan pekerjaan mudah.
Seorang guru pendamping anak genius atau
guru pendamping khusus di samping harus cerdas juga dituntut kreatif dan
memiliki pengalaman mendidik anak cerdas dan/atau anak genius. Praktiknya
nanti, tidak sembarang guru SD bisa mendampingi siswanya yang genius. Di sisi
lain, guru pendamping khusus anak genius di SD dimungkinkan sebagian justru
bukan guru SD.
Faktor kedua menyangkut manajemen kelas
yang berpotensi menjadi masalah rumit untuk mengelola anak genius. Kalau dalam
satu kelas di SD nanti ada empat anak genius saja, misalnya, jangan pernah
dibayangkan bahwa keempat anak tersebut memiliki potensi, keinginan, minat dan
kemampuan yang sama. Bisa jadi anak yang satu ingin ke timur, sedangkan ketiga
yang lain ingin ke barat, ke utara, dan ke selatan.
Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta
menginformasikan bahwa pendidikan anak genius nantinya akan dilakukan secara
inklusif. Artinya, anak-anak genius nantinya akan dibaurkan menjadi satu dengan
siswa-siswa lain. Kiranya perlu diingat bahwa mendidik anak genius secara
inklusif (berbaur) ini tidak lebih mudah dibandingkan dengan eksklusif (khusus)
karena semua perlakuan terhadap anak genius harus mempertimbangkan perlakuan
terhadap siswa lainnya: soal waktu, soal tempat, soal suasana, soal materi, dan
sebagainya.
Pendidikan Khusus bagi Peserta Didik
Cerdas Istimewa/Bakat Istimewa (gifted) adalah wujud layanan
pendidikan, setidak-tidaknya terdapat tiga pendekatan untuk mendidik anak
genius, masing-masing adalah pendekatan pengayaan, gabungan program percepatan
dengan pengayaan dan pendekatan pengelompokan.
Bentuk
Program (pendekatan )Pendidikan Khusus bagi PDCI/BI (Gifted)
1. Program Pengayaan (enrichment), adalah
pemberian pelayanan pendidikan kepada PDCI/BI yang dimiliki, dengan penyediaan
kesempatan dan fasilitas tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman setelah
yang bersangkutan menyelesaiakan tugas-tugas yang diprogramkan untuk peserta
didik lainnya. Praktiknya nanti, anak genius yang menjadi siswa SD dapat
diberi tugas perpustakaan, belajar bebas, mempelajari kasus tertentu, dan
sebagainya. Program ini cocok untuk peserta didik yang bertipe“enriched
leaner” .
Bentuk layanan ini antara lain dilakukan dengan
memperkaya materi melalui kegiatan-kegiatan penelitian dsb, dan atau mendapat
pengayaan dengan pendalaman terutama bila ia akan mengikuti lomba kejuaraan
mata pelajaran tertentu (contoh: mengikuti olimpiade matematika, biologi,
fisika, astronomi dst). Fokus layanan untuk kelompok ini adalah pada
perluasan/pendalaman materi yang dipelajari dan bukan pada kecepatan waktu
belajar di kelas. Artinya, kelompok ini tetap menyelesaikan pendidikan di SD/MI
dalam jangka waktu 6 tahun atau di SMP/MTs dan SMA/MA dalam waktu 3 tahun.
2. Gabungan
program percepatan dan pengayaan (acceleration-enrichment), adalah
pemberian layanan pendidikan PDCI/BI untuk dapat menyelesaikan program regular
dalam jangka waktu yang lebih singkat disbanding temen-temannya yang tidak
mengambil program tersebut. Artinya waktu yang digunakan untuk menyelesaikan
program belajar bagi siswa yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa lebih cepatdibandingkan dengan siswa reguler. Pada satuan
pendidikan Sekolah Dasar (SD), dari 6 (enam) tahun dapat dipercepat menjadi 5
(lima) tahun. Sedangkan pada satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Sekolah Menengah Atas (SMA) masing-masing dari 3 (tiga) tahun dapat
dipercepat menjadi 2 (dua) tahun.
Dalam
program ini peserta didik tidak semata-mata memperoleh percepatan waktu
penyelesaian studi di sekolah, tetapi sekaligus memperoleh eskalasi atau
pengayaan materi dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan
yang bersifat perluasan/pendalaman. Pengayaan dapat dilakukan secara horizontal (menunjuk
pada pengalaman belajar di tingkat pendidikan yang sama, tetapi lebih luas)
maupun vertikal(meningkatkan kompleksitasnya). Bentuk layanan ini
antara lain melalui kegiatan-kegiatan penelitian ketika peserta didik mengikuti
lomba kejuaraan untuk mata pelajaran tertentu (contoh: mengikuti olimpiade
matematika, biologi, fisika, astronomi dst).
3. Pendekatan pengelompokan dapat ditempuh dengan
mengelompokkan anak-anak genius jadi satu dan menerima pembelajaran khusus.
Praktiknya nanti, anak-anak genius bisa dikelompokkan ke dalam sekolah atau SD
khusus, atau ke dalam kelas khusus di suatu SD, atau tetap saja berbaur dengan
siswa lain tetapi terjadwal pertemuan khusus.
Bentuk
Penyelenggaraan Pendidikan Khusus Bagi PDCI/BI (Gifted)
Penyelengaraan
program pendidikan khusus bagi Peserta Didik Cerdas Istimewa/Bakat Istimewa
(PDCI/BI) dapat dilakukan dalam beberapa kemungkinan pelayanan anak berbakat
dengan cara sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan
program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat. Program akselerasi dapat
dilakukan dengan cara "lompat kelas", artinya anak dari Taman
Kanak-Kanak misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi misalnya
langsung ke kelas II, atau bahkan ke kelas III Sekolah Dasar. Demikian juga
dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke kelas V jika memang anaknya
sudah matang untuk menempuhnya. Jadi program akselerasi dapat dilakukan untuk:
(1) seluruh mata pelajaran, atau disebut akselerasi kelas, ataupun (2)
akselerasi untuk beberapa mata pelajaran saja. Dalam program akselerasi untuk
seluruh mata pelajaran berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara
berturutan, tetapi dapat melompati kelas tertentu, misalnya anak kelas I
Sekolah Dasar langsung naik ke kelas III. Dapat juga program akselerasi hanya
diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa saja. Misalnya saja anak
kelas I Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam bidang matematika, maka ia
diperkenankan menempuh pelajaran matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain
tetap di kelas I. Demikian juga kalau ada anak kelas II Sekolah Dasar yang
sangat maju dalam bidang bahasa Inggris, ia boleh mengikuti pelajaran bahasa
Inggris di kelas V atau VI.
2. Home-schooling
(pendidikan non formal di luar sekolah). Jika sekolah keberatan dengan
pelayanan anak berbakat menggunakan model akselerasi kelas atau akselerasi mata
pelajaran, maka cara lain yang dapat ditempuh adalah memberikan pendidikan
tambahan di rumah/di luar sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam
home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program
khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu
ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan
ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
3. Menyelenggarakan
kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual. Dalam model ini biasanya
bias disebut kelas inklusif adalah kelas yang memberikan layanan kepada
peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam proses
pembelajaran bergabung dengan peserta didik program regular. Jumlah
anak per kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap perbedaan
individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing
anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah
sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam
daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas
yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus siap
dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari.
Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual
kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme
belajarnya. Mata pelajaran yang diberikan pada saat peserta didik
CI/BI dikelas khusus adalah mata-mata pelajaran lain diluar rumpun matematika
dan ilmu pengetahuan alam (IPA)
4. Membangun
kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang memiliki
bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus
yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas
seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih
diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus
memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan
anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang
sesuai dengan kebutuhan mereka. Mata pelajaran yang diberikan pada saat
peserta didik CI/BI dikelas khusus adalah mata-mata pelajaran yang termasuk
dalam rumpun matematika dan ilmu pengetahuan alam (IPA)
Pembelajaran
Pendidikan
khusus bagi PDCI/BI di satuan pendidikan SD/MI melaksanakan program pendidikan
dengan menggunakan sistem paket, sedangkan pada satuan pendidikan SMP/MTs,
SMA/MA menggunakan Sistem Paket atau Satuan Kredit Semester (SKS).
1. Sistem
Paket adalah
sistem penyelenggaraan program pendidikan yang peserta didiknya diwajibkan
mengikuti seluruh program pembelajaran dan beban belajar yang sudah ditetapkan
untuk setiap kelas yang sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku
pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran sistem paket dinyatakan
pada satuan jam pembelajaran.
2. Sistem
Kredit Semester adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan
yang peserta didiknya menentukan sendiri beban belajar dan mata pelajaran yang
diikuti setiap semester pada satuan pendidikan. Beban belajar setiap mata
pelajaran pada sistem kredit semester dinyatakan dalam Satuan Kredit
Semester (SKS). Beban Belajar satu SKS meliputi satu jam pembelajaran tatap
muka, satu jam penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan mandiri tidak
terstruktur.
Kegiatan
Pembelajaran untuk pendidikan khusus bagi PDCI/BI, terutama untuk mata
pelajaran Matematika dan rumpun Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) harus menggunakan
bahasa pengantar bahasa Inggris dan berbasis teknologi informasi dan
komunikasi. Pembelajaran MIPA dilakukan dalam kelas khusus, sedangkan mata
pelajaran lainya dilakukan dikelas regular.
Pendidik
dan Tenaga Kependidikan
Pendidik
adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, serta melakukan pembimbingan dan
pelatihan. Tenaga kependidikan adalah personil yang melaksanakan administrasi,
pengelolaan, pengembangan pengembangan pengawasan dan pelayanan teknis untuk
menunjang proses pendidikan di program akselerasi. Tenaga kependidikan di
pendidikan khusus bagi PDCI/BI dapat mencakup manajer/kepala program, laboran,
tenaga ahli, Pengembang Kurikulum/pembelajran, staf dan sebagainya.
Kepribadian
yang ada pada seorang guru yang mengajar di pendidikan khusus bagi PDCI/BI
harus mampu menyesuaikan diri dengan karakteristik yang ada pada diri peserta
didik cerdas istimewa. Feldhusen (1997), mengidentifikasi kepribadian yang
perlu dimiliki guru antara lain :
1. Percaya
Diri
2. Sabar
3. Objektif
dan adil
4. Terbuka
terhadap perubahan
5. Fleksible
dalam berfikir
6. Kreatif
7. Memiliki
rasa humor
8. Cerdas
dan berpengetahuan luas
9. Pekerja
keras dan berorientasi pada prestasi (Achievement motivation)
10. Memiliki
sikap positif terhadap peserta didik cerdas istimewa
11. Mampu
mengapresiasikan peserta didik
12. Memahami
dan menerima perbedaan individual sikap yang positif
13. Mampu
berempati
14. Mampu
melihat permasalahan dari sudut pandang orang lain termasuk peserta didik
15. Terbuka
terhadap pandangan peserta didik
16. Memiliki
minat yang besar untuk mengembangkan kemampuan belajar peserta didik
17. Antusias
dan dapat memotivasi peserta didik
18. Mampu
bekerja sama dengan semua pihak
Metode
dan strategi pembelajaran
Metode
untuk mengajar siswa gifted seharusnya mendorong mereka ke arah pemikiran
abstrak (pemikiran operasional-formal), kreativitas, membaca teks-teks asli
tingkat tinggi, dan kemandirian, bukan hanya mempelajari fakta-fakta dengan
kuantitas yang lebih besar. Salah satu metode yang cocok untuk untuk
siswa-siswa ini adalah metode cooperative learning (pembelajaran kooperatif) di
kelompok kemampuan campuran.
Strategi
pembelajaran yang sesuai denagan kebutuhan anak berbakat akan mendorong anak
tersebut untuk berprestasi. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam meneentukan
strategi pembelajaran adalah :
1. Pembelajaran
harus diwarnai dengan kecepatan dan tingkat kompleksitas.
2. Tidak
hanya mengembangkan kecerdasan intelektual semata tetapi juga mengembangkan
kecerdasan emosional.
3. Berorientasi
pada modifikasi proses, content dan produk.
Model-model
layanan yang bias diberikan pada anak berbakat yaitu model layanan perkembangan
kognitif-afektif, nilai, moral, kreativitas dan bidang khusus.
F. BIMBINGAN PADA ORANG TUA
Untuk anak
berkebutuhan khusus, guru bisa memberikan bimbingan kepada orang tua bagaimana
cara yang seharusnya dilakukan untuk mendampingi anak mereka yang memiliki
kebutuhan khusus. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua :
1. Persiapkan
diri. Ada beberapa fase yang akan dilakukan orang tua, seperti menyangkal,
menyalahkan, hingga menerima keadaan anak. Menurut Prof. Frieda, “Akan lebih
mudah jika orang tua mempunyai komunikasi dengan berbagai pihak, seperti
support group (misalnya, Parent Support Group), dokter yang sangat informatif,
dll. Dengan begitu, Anda bisa mendapat dukungan dan informasi yang akurat
tentang masalah yang dihadapi anak.”
2. Membuka
diri. Secara bertahap, menerima keadaan anak dan tidak menyerah begitu saja.
Setiap anak pasti mempunyai kemampuan atau bakat, sehingga orang tua perlu
membantu anak untuk melalui masa-masa ini.
3. Selalu
pantaulah. Ketika anak tidak berkembang sesuai usianya, coba amati apa yang
terjadi dengannya. Bila mencurigai sesuatu, segera ke dokter anak. Dari ini,
Mama bisa mendapat solusi apakah anak cukup ditangani dokter anak, atau
haruskah ke psikolog, terapis, dll.
4. Dampingi
anak. Anak perlu mendapat bantuan. Nah, orang tua harus selalu mendampinginya.
Secara bertahap, kurangi ketergantungan anak pada Anda. Dari pendampingan
sepenuhnya, sedikit demikian sedikit dikurangi, hingga akhirnya anak mandiri.”
Anak memang harus dilatih keterampilan helf help, terutama sebelum anak mulai
sekolah. Misalnya, toiletering, makan/minum sendiri, atau bisa mengatur dirinya
sendiri (yakni mengetahui barang miliknya),” ujar Prof. Frieda.
5. Banyak-banyaklah
menstimulasi. Dari lahir sampai 5 tahun adalah masanya untuk menstimulasi anak
dengan cara mengajak bermain, bernyanyi, mengobrol, bercerita, dll. “Sayangnya,
begitu melihat ada yang tidak beres, anak langsung diterapi atau dimasukkan ke
sekolah oleh orang tuanya. Orang tua tidak melihat bagaimana pola pengasuhannya
di rumah, yakni ia lebih asyik dengan dirinya sendiri, anak lebih banyak ditangani
babysitter,” kata dr. Handryastuti. Jadi, luangkan waktu untuk menstimulasi
anak.
6. Bekerja
sama dengan sekolah. Kerja sama antara orang tua dan sekolah harus intens dan
bersinergi. Komunikasi yang baik antara keduanya akan membuat anak lebih mudah
beradaptasi di sekolah. Selain itu, pada saat ini, pemerintah telah menyediakan
sekolah inklusi, yakni sekolah regular (biasa) yang menerima anak berkebutuhan
khusus ini dan menyediakan sistem layanan pendidikan yang disesuaikan dengan
kebutuhan anak tanpa kebutuhan khusus dan anak berkebutuhan khusus.
Biasanya,
diadaptasi kurikulum, pembelajaran, penilaian, dan sarana prasarananya. “Di
sekolah inklusi biasanya ada GPK (Guru Pembimbing Khusus) yang memang terlatih
untuk menangani anak-anak ini. Ia akan member remedial teaching, datang ke
kelas untuk mengamati anak, atau menarik akan secara bergantian ke kelas khusus
untuk diterapi. Bila mampu, orang tua bisa menyediakan shadow teacher alias
guru bantu atau guru pendamping untuk si kecil,” kata Prof. Frieda.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak
yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa (gifted) adalah anak
yang secara significant memiliki mempunyai IQ 140 atau lebih, potensi diatas
rata-rata. Anak berbakat atau anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
luar biasa adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi),
kreatifitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment) diatas
anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi
prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Yang
memiliki karakteristik dari segi karakteristik akademik, sosial, dan fisik/kesehatan serta dapat pula dilihat dari segi
karakteristik intelektual-kognitif, persepsi/emosi, motivasi dan nilai-nilai
hidup serta aktifitas. Factor penyebabnya berasal dari hereditas ataupun
dari lingkungan. Jenis anak CI/BI (gifted) termasuk anak berkrbutuhan khusus
permanen di dalam kesulitan belajar.Dalam hal penanganan pun anak
berkebutuhan khusus cibi harus mendapatkan penanganan yang berbeda dalam
belajar guru dan orang tua harus bekerja sama agar dapat memaksimalkan
kemampuan istimewa yang anak miliki.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini , penulis berharap
agar pembaca yang tentunya akan menjadi calon guru dapat memahami apa
pengertian, karakteristis, jenis, penyebab, melakukan pembelajaran serta
mengetahui bagaimana cara mengahdapi anak yang memiliki keterbnatasan khusus
cerdas istimewa atau bakat istimewa (gifted). Dan dapat mengaplikasikannya jika
menghadapi anak berkebutuhan khusus cerdas istimewa atau bakat istimewa
(gifted). Semoga makalah mengenai anak berkebutuhan khusus cerdas istimewa atau
bakat istimewa (gifted) ini dapat membantu calon guru dalam kegiatan proses
pembelajaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar